Skip to content

Ber-Tuhan dengan Benar

Orang yang ber-Tuhan tidak mungkin tidak membaca Alkitab. Tidak bisa tidak, dia pasti membaca Alkitab. Berikutnya, orang yang ber-Tuhan itu pasti ke gereja. Jika sudah landai pandemi COVID, dia pasti datang dan hadir beribadah di gereja. Ada orang-orang yang tidak bisa onsite, kita maklum, karena satu dan lain hal sehingga tidak bisa meninggalkan tugas atau meninggalkan rumah. Tetapi kalau bisa onsite, mengapa tidak datang? Di dalam pertemuan bersama, itu beda. Fokus kita untuk mendengar firman lebih baik. Kalau di rumah, banyak distract; banyak yang mengganggu. 

Kalau ada orang bisa ke gereja tetapi tidak ke gereja, berarti ada yang salah. Bisa dia atau gerejanya yang salah. Memang, ada orang yang di gereja merasa tidak mendapat berkat rohani. Pemberitaan firmannya tidak memberkati, suasana gereja tidak kondusif membangun iman, sehingga tidak ke gereja. Ini juga harus kita koreksi. Kalaupun gereja kita tidak memberkati, kita ke gereja bukan untuk mencari berkat melainkan memberi berkat. Tetapi kalau kita di tempat di mana tidak ada gereja, kita bisa ikut ibadah secara online

Orang yang ber-Tuhan itu pasti berdoa, pasti ke gereja, pasti memperhatikan setiap peristiwa hidup. Sebab melalui peristiwa-peristiwa hidup tersebut, sejatinya Allah mau berbicara kepada kita. Setiap peristiwa itu pasti memuat, mengandung pelajaran rohani yang Tuhan mau berikan. “Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia.” Bergaul dengan Allah bukan hanya di ruang doa, bukan hanya waktu di gereja, tetapi juga melalui setiap kejadian, setiap peristiwa yang kita lihat, kita dengar, apalagi kita alami. 

Justru bersentuhan dengan Tuhan yang berdampak kuat adalah ketika seseorang dalam persoalan. Ketika kita menghadapi persoalan dan kita memperkarakan di hadapan Tuhan apa maksud Tuhan di balik persoalan tersebut, maka itu akan berdampak. Misalnya kita diperlakukan sewenang-wenang, kita disakiti, dilukai, dikhianati. Kita harus memperhatikan, apa maksud Tuhan di balik peristiwa ini? Ternyata Tuhan mau mengajar kita untuk sabar, mengasihi musuh. Tuhan berperkara dengan kita melalui peristiwa-peristiwa. Orang ber-Tuhan akan selalu memperkarakan setiap peristiwa yang dia dengar, dia lihat, apalagi yang dia alami dengan Tuhan. “Apa maksud-Mu di balik semua ini, Tuhan?” Karena Tuhan mau mendidik kita melalui pengalaman-pengalaman hidup, melalui persoalan-persoalan hidup yang kita alami. Luar biasa!

Ada orang-orang yang doanya katanya luar biasa, berjam-jam di ruang doa, berjam-jam di menara doa. Hal itu bagus, tetapi jangan kita pikir Tuhan itu bergerak hanya di ruang doa. Tuhan justru bergerak dan bersentuhan dengan anak-anak-Nya di dalam kesibukan, dalam aktivitas hidup. Di situ sebenarnya Tuhan mau mengajar banyak hal. Ketika di kantor mendapat kesempatan korupsi, bagaimana kita bersikap terhadap kesempatan mengambil uang perusahaan atau uang negara? Di situ kita berinteraksi dengan Allah. Kita memiliki kesempatan dengan teman-teman pergi ke tempat yang tidak patut, di situ ada godaan untuk memuaskan nafsu, apa reaksi kita? Di situ Tuhan pasti berbicara. Di dalam peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian hidup, Tuhan efektif membentuk kita, dan kita efektif dibentuk Tuhan kalau kita mau memberi diri. Hidup kita pasti diubah, tidak mungkin sama dengan dunia.

Orang yang ber-Tuhan yaitu orang yang melakukan pekerjaan Tuhan. Melakukan pekerjaan Tuhan tidak harus menjadi pendeta, tidak harus menjadi aktivis jemaat. Orang yang ber-Tuhan itu pasti menemukan tempat di hadapan Tuhan untuk melakukan pekerjaan-Nya. Pasti ada tempat di mana dia bisa mengabdi kepada Tuhan. Setiap orang pasti memiliki tempat masing-masing yang berbeda. Kita ada di lingkungan kantor, itu pekerjaan Tuhan. Banyak orang yang kita harus sentuh. Banyak orang yang kepada mereka, kita harus bersaksi. Tidak harus dengan kata-kata, justru dapat lebih efektif dengan perbuatan. 

Perbuatan baik itu memaksa orang untuk melihat Kristus. Kita di kantor harus memaksa orang berkata, “Mengapa aku tidak terima Yesus? Allah hidup di dalam orang ini. Tuhan itu nyata di dalam orang ini.” Kita juga punya tempat untuk bersaksi di tengah-tengah teman kantor, pergaulan, keluarga besar, sampai keluarga sendiri. Kehadiran Tuhan dalam hidup kita, kita yang ber-Tuhan, pasti menjadi saksi. Jadi sebenarnya kalau kita berdoa, “Pakailah aku, Tuhan,” Tuhan memang menghendaki kita dipakai Dia menjadi utusan, menjadi saksi-Nya. Tidak usah berdoa minta dipakai pun, Tuhan mau pakai kita. Masalahnya, kita bisa dipakai, tidak? Jadi kita harus ber-Tuhan dengan benar, baru bisa menjadi pelayan Tuhan. Pelayan Tuhan tidak harus aktif di gereja atau menjadi pendeta, tetapi dia pasti memiliki tempat untuk mengabdi dan melayani Tuhan. 

Kita harus ber-Tuhan dengan benar, baru bisa menjadi pelayan Tuhan.