Karena hidup ini singkat, maka kita harus secepat mungkin, sedini mungkin tidak meleset. Jangan menunda. Jika menunda, nanti kita malah membatalkan. Setiap bangun tidur, kita berkata, “Hari ini hari baruku, aku jadi manusia baru.” Jangan dengar intimidasi Iblis yang mengatakan, “Kamu tidak pernah berhasil. Kamu rusak, kamu selalu berbuat dosa. Nanti saja, kamu akan bisa melewati itu,” itu bohong. Kita harus berani setiap hari, “Hari ini aku tidak boleh meleset sama sekali.” Kalau yang kita pikirkan firman Tuhan, seperti Alkitab katakan, “Firman Tuhan siang dan malam kita renungkan,” gairahnya gairah rohani, energinya energi rohani, perilaku kita perilaku rohani. Ini bukan hal sederhana.
Kita memang memiliki kekurangan dan kelemahan, tetapi kita harus berani memiliki komitmen, sampai kita berani berkata, “Aku berjanji hidup suci, tak bercacat, tak tercela. Terkutuklah aku kalau aku tidak mengasihi Tuhan.” Terkesan kita ini sombong atau menutupi kesalahan. Tetapi kita serius, mari kita mengucapkan ini setiap hari. Jadi kalau meleset, kita minta ampun. Ada melesetnya, tetapi melesetnya pasti tidak jauh. Tetapi kalau tidak ada komitmen itu, kita sembarangan, maka melesetnya akan terlalu jauh. Oleh sebab itu, setiap hari kita harus berani berkomitmen, “Hari ini aku tidak boleh berbuat salah.”
Pertanyaannya, apakah hal ini mungkin? Setan bilang “Tidak mungkin,” tetapi Alkitab berkata, “Pencobaan yang kamu alami, tidak melampaui kekuatanmu.” Jadi, pencobaan itu pasti bisa kita kalahkan dan taklukkan. Kita pasti bisa berhasil dan hidup suci. Jangan mencurigai Tuhan, seakan-akan Tuhan membawa kita kepada satu situasi di mana kita tidak bisa tidak, pasti berdosa. Tidak mungkin. Tuhan tidak akan pernah memojokkan kita di situasi itu. Karena, tidak ada pencobaan melampaui kekuatan kita. Kalau kita berkomitmen untuk hidup suci, itu bisa. Kita harus punya gairah, semangat dan optimisme. Masalahnya, optimisme banyak orang itu diarahkan untuk yang lain, sehingga untuk kesucian hidup menjadi powerless, impoten; tidak kuat, tidak berkuasa.
Kalau Tuhan masih memberi kita hari yang baru, maka jangan menyentuh sesuatu yang melukai Tuhan. Sekecil atau sehalus apa pun kesalahan itu. Kita bisa membuat suasana surga berubah, karena kesucian akan memberi warna dan memancarkan warna yang indah di hadapan Tuhan. Ibarat fragrance; aroma, itu memancarkan wewangian. Tuhan akan menandai kita yang membawa keharuman di hadirat-Nya. Hal ini begitu indah, lantas kenapa kita tidak mau melakukannya? Mari kita menjadi pedupaan yang berbau harum.
Karena hidup ini singkat, maka kita harus meraih sebanyak-banyaknya proyek yang dapat dilakukan untuk kepentingan Tuhan. Kita harus mencari penderitaan. Roma 8:17 mengatakan, hanya orang yang menderita bersama Tuhan Yesus yang dimuliakan. Kita pasti takut meninggal, kalau belum pernah menderita bagi Tuhan. Menderita tidak harus fisik. Kita bisa mengorbankan waktu, pikiran, menolong orang, mempersembahkan uang. Uang itu sulit mencarinya, tetapi kita rela persembahkan untuk Tuhan. Memang terasa sakit; itulah penderitaan.
Banyak orang tidak mau memberi uang, karena terasa sakit. Pokoknya kalau belum sampai sakit, itu belum persembahan. Kalau berdoa belum “berdarah-darah,” itu belum berdoa. Kalau kita melayani belum sampai “berdarah-darah,” itu belum pelayanan. Kalau dalam mencapai kesucian belum sampai “berdarah-darah,” itu belum mencapai kesucian. Harus sampai “berdarah-darah,” karena standarnya selalu segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. Mestinya kita bertanya, “Apa lagi Tuhan yang harus kulakukan? Apa lagi yang harus kuperbuat, Tuhan?”
Bagi anak muda, ada proyek-proyek kecil di sekitar kita, baik dalam studi, dalam pertemanan. Minimal bisa berdoa untuk orang tua, untuk pendeta di tempat kita. Itu semua proyek-proyek yang harus kita temukan. Jangan sampai kita sudah berumur, tetapi tidak pernah punya pengorbanan dan pengabdian bagi Tuhan. Ketika kita mati, dan melihat betapa singkatnya hari hidup, kita akan sangat menyesal. Pada waktu orang mati, dia melihat singkatnya hidup. Bagi yang telah mengisi hari hidupnya dengan benar, dia akan bersyukur. Tetapi, kalau kita tidak mengisi hari hidup dengan benar, kita akan sangat ketakutan, sangat menyesal.
Banyak orang, mungkin juga hampir semua orang, belum mengisi hari hidupnya dengan benar. Yang penting dalam hal ini, kita harus punya komitmen yaitu kita mau untuk tidak berdosa sama sekali. Ibarat seorang pelukis, kita tidak mau sedikit pun kanvas kita tercoret. Kita mau mempunyai lukisan yang bagus, maka dalam menggoreskan kuas, kita akan sangat berhati-hati, sebab kita tidak mau salah dalam mencoret. Pendeta-pendeta, hamba Tuhan harus berani. Tidak boleh ada satu kata pun yang salah. Pokoknya, jangan berbuat dosa. Kita mau benar walaupun belum sempurna. Kita mau bersih dalam segala hal. Kalau kita tahu singkatnya hidup, mulai sekarang kita akan hidup suci.
Kita mau benar walaupun belum sempurna.