Skip to content

Benar secara Moral Umum

Suatu kali Tuhan Yesus ditanya oleh seorang ahli Taurat. Pertanyaan itu sebenarnya untuk mencobai Yesus: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Matius 22:36, “Jawab Yesus kepadanya: kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan pertama. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu ialah: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Hukum terutama maksudnya hal yang paling penting dan paling menyukakan hati Yahweh, Allah Israel. 

Tuhan Yesus mengatakan bahwa satu iota, satu titik di dalam hukum Taurat tidak akan berlalu; “Langit dan bumi ini bisa berlalu, tetapi hukum Tuhan tidak akan berlalu.” Tentu hukum ini juga dikenakan bagi kita, tetapi dengan kualitas yang lebih tinggi. Bangsa Israel mengasihi Tuhan Allah dengan standar hukum, tetapi kita mengasihi Tuhan Allah dengan standar pikiran dan perasaan Allah sendiri, dan Roh Kudus menuntun kita untuk bisa mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi.

Kalau bangsa Israel mengasihi Allah, standarnya hukum; hukum harus dipenuhi. Tetapi kalau orang percaya, harus hidup di dalam kebenaran hukum, atau secara moral harus sudah baik dan benar. Mengasihi Allah bukan dengan instrumen atau alat hukum, melainkan manusia batiniahnya. Pernahkah kita menggumuli apakah kita sudah mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi?

Apakah dalam melakukan hukum secara moral umum, kita benar-benar sudah baik? Kalau standar bangsa Israel itu hukum; moral umum, karena hukum di dalam Dekalog yang merupakan landasan semua hukum yang ada di Israel, juga dikenal oleh bangsa-bangsa di dunia. Menghormati orang tua, menghargai pernikahan, menghargai milik orang lain, kejujuran, itu juga dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Ini juga sering dijadikan salah satu bukti teistik bahwa Allah itu ada. Pembuktian bahwa semua bangsa di dunia memiliki kesamaan dalam hukum.

Ternyata kesamaan itu tertuang di dalam Dekalog (10 Perintah Allah) yang diberikan Allah kepada bangsa Israel. Terutama dari hukum ke-5 sampai ke-10. Hukum yang pertama sampai yang keempat, itu eksklusif untuk bangsa Israel. Tetapi menghormati orang tua, tidak membunuh, tidak berzina, tidak mencuri, itu juga dikenal oleh bangsa-bangsa di dunia. Itulah bukti teistik (teis; Tuhan), bukti ketuhanan bahwa Allah itu ada, yaitu adanya kesamaan hukum.

Secara moral umum, apakah kita sudah baik? Kita harus memperkarakannya dengan serius. Ingat, sebelum Tuhan Yesus memberitakan kebenaran Injil, Yohanes Pembaptis telah mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan agar orang-orang Yahudi melakukan hukum sesuai dengan jiwanya, bukan hanya sesuai dengan bunyinya. Artinya, orang-orang Yahudi yang akan mendengar Injil; orang-orang Israel yang akan mendengar Injil, itu dipersiapkan, harus memiliki pertobatan secara hukum. Maka, Yohanes Pembaptis mengatakan, “Hasilkan buah sesuai dengan pertobatan.”

Ketika ada laskar, prajurit Roma yang berkata, “Apa yang harus kami lakukan?” Yohanes Pembaptis menjawab, “Jangan memeras. Cukupkan dirimu dengan gajimu.” Kalau kamu dibaptis, bukan hanya dibaptis. Yang penting perubahan. Ketika tokoh-tokoh agama Yahudi, orang Farisi, ahli Taurat mau ikut-ikutan, Yohanes Pembaptis berkata dengan tegas, “Apa urusan kamu? Kapak sudah tersedia. Pohon yang tidak berbuah, ditebang.” Yohanes Pembaptis sudah mempersiapkan agar orang-orang Israel yang akan mendengar Injil telah memiliki pertobatan secara moral umum. Kita memperkarakan, apakah secara moral umum kita sudah benar? Jika tidak, kita harus terus mengalami pertobatan.

Secara moral umum harus baik dan benar dulu. Ini tidak mudah, tetapi kalau kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi, kita bersedia, Roh Kudus pasti menuntun, dan kita pasti bisa melakukannya. Sebab mereka yang bukan umat pilihan atau orang Israel yang belum mendapat kasih karunia seperti umat Perjanjian Baru yang memiliki meterai Roh Kudus, juga dimampukan melakukan hukum, walaupun tidak sempurna. Kalau mereka gagal, ada darah domba yang ditumpahkan. 

Secara moral umum, kita harus benar-benar baik. Ini sudah merupakan pergumulan. Jangan kita disesatkan atau disimpangkan dan dibuat bodoh oleh pernyataan “keselamatan hanya oleh anugerah” tanpa memahami maksud pernyataan itu. Maka, pernyataan itu harus dipahami dengan benar. Tanpa kematian Yesus di kayu salib, kita tidak akan mengenal Allah yang benar. Kita tidak akan dibenarkan dan dibawa kepada Allah untuk menjadi anak-anak-Nya. Tetapi tidak berhenti sampai pada pembenaran atau dianggap benar. Kita harus dimuridkan, didewasakan, terus bertumbuh sampai bisa memenuhi ayat ini: “Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi.” Tentu bukan hanya dalam tataran hukum, melainkan juga dalam tataran batiniah, dimana kita harus mengubah kodrat manusia lama kita.

Kita memperkarakan, apakah secara moral umum kita sudah benar? 

Sebab mengasihi Allah bukan dengan alat hukum, melainkan manusia batiniahnya.