Di dalam hidup, kita tidak mungkin tidak menghadapi masalah. Di dalam masalah, perasaan kita bisa terganggu. Jangan berharap hidup di dunia dengan keadaan yang menyenangkan selalu. Pasti kita akan menghadapi situasi-situasi di mana perasaan kita terganggu yang bisa memunculkan kebencian, kemarahan, dendam, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, atau rasa tidak nyaman lain. Yang jika itu tidak ditanggulangi, maka itu akan bisa menjadi penyakit di dalam jiwa kita. Tidak sedikit orang yang hidupnya menjadi terbelenggu atau terkungkung oleh dirinya sendiri, yaitu oleh keadaan perasaan yang membuat ia tidak bahagia, yang membuat ia merasa tidak nyaman. Banyak perasaan negatif yang membelenggu hidupnya.
Sampai pada tingkat seseorang menjadi stres bahkan depresi, bahkan bukan tidak mungkin menjadi benar-benar sakit jiwa tingkat akut atau menjadi gila. Ketika kita menghadapi masalah yang mengganggu perasaan, memang dapat membuat kita tidak tidur nyenyak, bahkan tidak bisa tidur, tidak enak makan, sampai tidak bisa makan sama sekali. Lalu, bagaimana kita dapat lepas dari berbagai belenggu yang menyangkut perasaan kita? Caranya adalah menyusun cara berpikir yang benar, memiliki cara pandang yang benar terhadap hidup ini. Kedengarannya hal ini filosofis, tetapi ini akan kuat sekali kalau dituruti.
Dari kecil, mestinya anak-anak sudah diajar bagaimana memandang hidup dengan benar. Orang tua harus meletakkan landasan berpikir yang benar pada anak-anak. Sehingga ketika mereka di usia remaja atau pemuda menghadapi guncangan, mereka memiliki ketahanan. Cara berpikir yang harus dibangun sejak dini adalah cara memandang hidup yang benar, yaitu bahwa hidup ini tidak bisa dipisahkan dari Tuhan. Tuhan harus menjadi segalanya di dalam hidup kita, dan ini harus dikenakan, diperagakan, diterjemahkan di dalam kehidupan konkret para orang tua. Oleh sebab itu, mutlak anak-anak harus dapat mencium kehadiran Tuhan di dalam hidup dan juga perilaku orang tua. Hal ini yang dimaksud cara meletakkan landasan bangunan berpikir.
Orang yang menjadikan Tuhan sebagai tujuan dan segalanya dalam hidup ini, akan sangat kokoh. Ingat, makin hari, dunia ini makin membuat jiwa kita merasa tidak bahagia. Banyak masalah, banyak tekanan. Maka, mari kita berkomitmen untuk kembali kepada pola hidup yang Allah kehendaki. Pola hidup itu adalah Tuhan. Tidak ada pola hidup yang lain. Seandainya kita memiliki kehidupan yang berlimpah secara harta kekayaan, itu pun belum tentu membuat kita bahagia. Bahkan kenyataannya tidak.
Namun, siapa pun dan bagaimanapun keadaan kita hari ini, kalau kita menjadikan Tuhan adalah tujuan hidup, kita akan menjadi orang yang kokoh dan kuat dalam menghadapi masalah-masalah hidup. Percayalah, kita tidak akan mudah terbelenggu oleh perasaan-perasaan negatif. Sebab sampai kapan pun dan di mana pun, kita pasti menghadapi masalah yang dapat mengganggu perasaan kita. Namun, kalau kita memiliki bangunan berpikir yang benar, maka kita dapat dengan mudah terlepas dari segala belenggu yang mengikat kita; belenggu perasaan.
Kalau Tuhan menjadi tujuan hidup kita, Tuhan segalanya dalam hidup kita, kita tidak bisa berbuat dosa. Kita bukan hanya kokoh, tetapi kita juga makin benar, makin kudus di hadapan Tuhan. Bahkan bagi kita yang mengalami keadaan yang serba “malang,” selalu menderita, selalu jatuh, selalu tertindas, sejatinya kita lebih berpotensi untuk memikirkan kehidupan yang akan datang. Harus diakui, orang-orang yang mencari Tuhan all-out adalah orang-orang yang patah hati. Tentu saja tidak semua, tetapi hanya bagi orang yang patah hati dengan dunia ini, orang-orang yang berpotensi untuk menjadikan Tuhan segalanya.
Tuhan harus menjadi tujuan hidup kita, dan hal ini akan membuat kita menjadi kuat. Percayalah bahwa Tuhan kita, Juruselamat kita, Yesus Kristus, Raja kita, tidak pernah meninggalkan kita, selama kita mau tetap setia dan sungguh-sungguh berjalan dengan Tuhan. Tentu kita harus hidup di dalam kekudusan dan kesucian. Kalau orang tua dapat memancarkan kehidupan rohani yang baik, maka anak-anak akan menyerap dan itu menjadi warisan abadi. Lalu bagi kita semua yang mungkin hampir terlambat, ayo jadikan Tuhan tujuan hidup kita. Apa pun yang terjadi dalam hidup ini, tidak masalah, selama kita masih terus bisa bersama-sama dengan Tuhan. Yang sampai suatu saat, kita tidak takut menghadapi apa pun, bahkan kematian, karena kita benar-benar mengalami, bukan hanya percaya, bahwa Allah sungguh beserta dengan kita.
Kalau kita memiliki bangunan berpikir yang benar, kita dapat dengan mudah terlepas dari segala belenggu yang mengikat kita; belenggu perasaan.