Skip to content

Belajar Menantikan Tuhan

Saudaraku,

Karena Allah memiliki pikiran, pasti Dia punya rencana. Apa yang terjadi dalam hidup kita, di mana kita berada, Allah pasti mengingini kita melakukan sesuatu di tempat itu. Tidak mungkin kebetulan. Pasti ada maksud Tuhan mengapa kita ada di satu tempat, kita bertemu siapa, kita harus buat apa untuk orang di sekitar itu. Pasti. Allah itu hidup. Allah itu hadir. Harus kita alami hidup akan bisa kita lewati apa pun yang terjadi, bagaimanapun keadaan kita, kita pasti bisa melewati, Saudaraku. Nah, di sinilah kita belajar menantikan Tuhan. Menantikan Tuhan artinya kita mengharapkan kehadiran Tuhan di dalam segala persoalan kita. Dan itu pasti berakhir baik.

Oleh sebab itu, untuk supaya kita bisa menghayati kehadiran Allah dengan lebih baik, kita harus duduk diam di kaki Tuhan. Biarlah ini menjadi budaya kita, tradisi kita, kebiasaan kita. Saya sudah mengajak Saudara berdoa tiap hari pukul 5 pagi wib. Bertemu Tuhan itu luar biasa! Orang bisa duduk, mendengarkan khotbah, bisa belajar Alkitab berjam-jam, namun berdoa 30 menit belum tentu sanggup. Tapi kalau orang sudah menemukan perjumpaan dengan Allah, sudah connect dengan Tuhan, setengah jam itu singkat sekali. Pada waktu kita tidak ingin berdoa, justru kita harus lawan.

Sebenarnya, menantikan Tuhan berarti mengharapkan kehadiran Tuhan dalam hdup kita. Tentu hadir-Nya itu bukan hanya waktu kita punya masalah. Waktu tidak punya masalah, Tuhan juga tolong kita. Orang yang menanti-nantikan Tuhan tidak akan dipermalukan. Saya sudah membaca Alkitab soal menanti-nantikan Tuhan. Orang yang menanti-nantikan Tuhan tidak dipermalukan. Jadi, kita harus menjadi manusia yang menantikan Tuhan. Di situ kita benar-benar mengandalkan Tuhan.

Firman Tuhan di Mazmur 33:18 berkata, “Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya.” Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang menghayati Allah hadir di mana-mana. Orang yang meyakini ada kamera Tuhan; maka pasti akan hidup hati-hati. Yang mau mengerti apa yang harus mengerti, “Apa yang Kau kehendaki Tuhan? Mengapa aku ada di sini?” dan untuk itu kita harus punya jam doa, ketemu Tuhan, menantikan Tuhan.

Saudaraku,

Hidup ini melelahkan. Tidak mungkin tidaklelah. Tapi sukacita Tuhan lebih dari kelelahan kita. Ketika mata kita tertuju kepada Tuhan, mata Tuhan tertuju kepada kita. Kalau kita menghayati Tuhan itu ada, hadir, kita jaga perasaan Tuhan, kita berusaha untuk mengerti apa yang Dia kehendaki untuk kita lakukan. Mata kita tertuju kepada Tuhan bukan berarti setiap kali kita berdoa terus ke atas. Tapi sikap hidup yang tadi kita tunjukkan kepada Dia. Ayat selanjutnya mengatakan, “Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya. Kasih setia-Mu, ya TUHAN, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.”

Pasti kita punya persoalan. Apa pun persoalan kita, bagaimanapun keadaan kita, kita bisa melewati bersama Tuhan. 1, 2, 5, 10 atau 20 tahun yang lalu kita punya masalah dan terbuktui bisa dilewati, bukan? Ke depan juga bisa. Memang kadang-kadang Tuhan seperti meninggalkan kita. Apalagi waktu kita di dalam keadaan yang kita tidak suka, tapi Tuhan pasti akan membuat kita bisa melewatinya, dan membuktikan kasih setia-Nya. Coba kita pertanyakan, ‘apa sih sulitnya hidup ini kalau kita berjalan dengan Tuhan?’ Kita seperti berjalan di pinggir jurang, sudah mau jatuh-jatuh, tapi kalau beserta kita tidakmungkin kita jatuh. Allah yang kita sembah, Elohim Yahweh, itu setia. Jangan takut. Bisa dilewati.

Teriring salam dan doa,

Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Menantikan Tuhan artinya kita mengharapkan kehadiran Tuhan di dalam segala persoalan kita.