Skip to content

Belajar Memercayai Dia

Tuhan mau hubungan antara Elohim Allah dengan umat pilihan terjalin dengan harmonis. Allah patut dan layak dipercayai, walaupun keadaan kita kalang kabut, kacau, seakan-akan Dia meninggalkan kita, seakan-akan Tuhan tidak ada, seakan-akan Tuhan diam ketika kita punya masalah, Dia layak tetap untuk selalu dipercayai. Sejatinya, di situ Tuhan menguji seberapa kita sungguh-sungguh menghormati Dia. Bangsa Israel tidak menghormati Allah dengan memandang rendah Tuhan, karena mereka menilai Allah tidak setia. “Apa tidak ada kuburan di Mesir, kau mau membunuh kami?” jerit mereka kepada Musa.

Demikian juga dalam kehidupan kita hari ini. Seringkali kita menjerit pada keadaan atau orang sekitar—karena tidak berani secara terang-terangan mempersalahkan Tuhan–mengapa ini harus terjadi? Jika keadaan demikian menghimpit, goreskan di hati: Allah tidak pernah memberi yang tidak terbaik; Ia selalu memberi yang terbaik. Walaupun menurut kita itu sial, kecelakaan, tetapi Allah sangat cerdas dan bijaksana. Sebab, itu semua merupakan cara Allah untuk menyempurnakan dan mendewasakan kita. 

Di 1 Korintus 10 dikatakan tidak semua bangsa Israel yang dibawa keluar dari Mesir sampai ke tanah Kanaan. Salah satu ranjau yang menggagalkan mereka adalah bersungut-sungut. Hati-hati ini tidak mudah. Sebelum Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya, kisah diawali dengan pencobaan dan diakhiri dengan pencobaan yang sama. Ketika disalib di antara langit dan bumi, Ia tergantung dengan tubuh telanjang atau setengah telanjang, Dia berseru: “Eloi, Eloi, lama sabachthani; Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?”  Ia bisa meragukan Bapa, tetapi Dia tetap memercayai Bapa-Nya, walaupun benar-benar Ia bisa ditinggalkan saat itu. Karena mestinya kita yang ditinggalkan, tetapi Yesus menggantikan tempat kita. 

Dan Tuhan Yesus mengakhiri dengan doa: “Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Kalau kita menghormati Allah, kita belajar memercayai Dia. Apa pun keadaan yang kita alami saat ini, percayalah kita bisa melewatinya. Sering Tuhan membawa kita ke jalan yang tidak jelas. Kita pasti terperosok, kita pasti jatuh dan pasti hancur. Tetapi jalan terus, kita pasti bisa melewatinya. Hanya, jangan bersungut-sungut. Hormati Tuhan. Tentu menghormati Tuhan bukan hanya dengan tidak bersungut-sungut, tetapi juga hidup di dalam kebenaran, kesucian, kekudusan. Jaga hati dan pikiran kita dari apa yang tidak patut, dan Tuhan pasti akan menolong kita.  

Allah itu kuat. Walau kadang-kadang Dia seperti tidak hadir dan membiarkan kita dalam keadaan terpuruk, terpuruk, terpuruk, dan makin terpuruk, namun kita pasti tidak akan jatuh tergeletak. Tuhan pasti mengangkat kita. Tetapi jangan hidup suka-suka sendiri. Hormati Tuhan dalam seluruh perilaku kita. Nanti kita bisa melewatinya. Waktu akan membuktikan, apakah kita takut dan hormat Tuhan atau tidak. Belum sampai kekekalan, di bumi ini pun akan nampak orang yang disertai Tuhan dan yang tidak disertai Tuhan. 

Percayalah, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Kita menghormati Tuhan dengan memercayai kehadiran, penyertaan, dan pemeliharaan-Nya. Jadi kalau kita mulai kecut hati, kecil hati, mulai khawatir, berdialoglah dengan diri kita sendiri dan perintahkan untuk tidak berbuat salah kepada Tuhan. Allah yang kita sembah adalah Allah yang tidak berubah. Dulu, sekarang, sampai selama-lamanya. Jadi kalau Tuhan memerintahkan bangsa Israel berjalan dari tempat persinggahan satu ke persinggahan lain, kemudian berkemah di Rafidim, maka Allah pasti menyediakan apa yang mereka butuhkan; Jehovah Jireh. 

Mari kita ikut Tuhan terus. Minggu ke gereja, pagi bangun berdoa, mendengarkan khotbah, pergi bekerja, jaga mulut, jaga sikap hati. Allah menyertai kita, Allah pasti tidak akan mempermalukan. Sejarah membuktikan bahwa orang yang takut akan Tuhan, yang menyediakan dirinya untuk serius mencari Tuhan, hari ini anak cucunya diberkati Tuhan. Kita bukan orang sempurna, tetapi Tuhan pasti menuntun. Percayalah Allah itu hidup, Allah itu nyata. Dia tidak pernah meninggalkan kita. Jangan kecil hati. 

Tuhan menyimpan air di bukit batu itu. Kalau bangsa Israel tidak bersungut-sungut, tetap akan keluar air dari situ. Bangsa Israel memperoleh air, tetapi berbuat salah. Kita bisa memperoleh tanpa berbuat dosa. Justru asyik, ketika Tuhan membawa kita kepada suatu keadaan dimana seakan-akan semua pintu tertutup. Ini kelasnya Tuhan. Kalau masih ada kemungkinan-kemungkinan pintu terbuka, artinya sesama atau teman bisa membantu. Tetapi kalau semua pintu tertutup, hanya Tuhan yang bisa menolong kita. Ketika keadaan suram, semakin suram dan seakan-akan semua gelap tertutup, di situlah kita akan melihat kemuliaan Allah. Jadi mulai hari ini kita tidak boleh lagi mencurigai Tuhan, sehingga kita tidak menghormati Dia. Apa pun keadaan kita, percayalah Allah tetap menyertai kita. 

Kalau kita menghormati Allah, kita belajar memercayai Dia. Apa pun keadaan yang kita alami saat ini, percayalah kita bisa melewatinya.