Kita tentu menyadari betapa masih jauh perjalanan banyak orang Kristen, termasuk setiap kita, tetapi kita harus jalan terus. Sampai suatu saat kita bisa merasakan betapa membahagiakan pengharapan masuk Rumah Bapa. Namun, sejak sekarang kita sudah mulai bisa merasakan kebahagiaan Rumah Bapa. Sampai nanti pada waktunya kita masuk Rumah Bapa, diakui sebagai anak-anak Allah, pangeran-pangeran Kerajaan Surga, putri-putri Kerajaan Surga, betapa itu membahagiakan. Kita harus dapat merasakan hal itu. Kalau kita belum merasakan, berarti kehidupan rohani kita belum matang. Memang, kita semua masih terus di dalam proses, tetapi sejatinya kita sudah mulai bisa merasakan betapa bahagianya masuk Rumah Bapa, dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Kebahagiaan itu sudah ada di dalam hati kita.
Mari kita melihat dengan jujur, betapa tragisnya hidup ini. Mungkin hidup kita secara pribadi tidak tragis, ekonomi kita baik, rumah tangga kita juga tidak bermasalah, tetapi melihat kehidupan manusia di sekitar kita, betapa tragisnya. Betapa membahayakannya dunia hari Ini. Karenanya, kita yang menghayati tragisnya hidup, kita berusaha menangkap sebanyak mungkin orang masuk Kerajaan Surga. Bukan masuk denominasi gereja atau supaya dapat uang atau mendapat nama besar. Bukan itu, tetapi kita memikirkan bagaimana orang-orang bisa diselamatkan.
Maka, semua kita harus jadi saksi. Tidak melalui perkataan yang menghasilkan perdebatan, tetapi melalui perbuatan. Mulut tidak usah banyak bicara. Di media sosial tentu juga tidak perlu berkoar-koar, tetapi diam dan senyap seperti Allah kita juga senyap (The Silent God). Namun, perbuatan kita tidak senyap, kita bergerak terus untuk bisa menyelamatkan sebanyak mungkin orang masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kita pikirkan bagaimana anak-anak mulai mengenal Tuhan sejak dini. Kita perhatikan Sekolah Minggu dan pendidikan umum yang bisa kita capai. Kita persiapkan orang-orang muda untuk menjadi pelayan-pelayan Tuhan. Berapa pun harganya, seberapa pun susah dan beratnya kita lakukan.
Hal ini yang akan membuat kita bisa melihat kemuliaan Allah di dalam batin kita. Kita bisa menembus batas kehidupan yang belum pernah kita tembus, yaitu kebahagiaan ketika kita mengingat kemuliaan bersama Tuhan di Kerajaan Surga. Tentu jika kita memilih hal ini, kita tidak boleh menyentuh dosa, sekecil apa pun, sehalus apa pun. Orang boleh mengatai kita apa pun, kita tidak boleh terganggu. Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, bahkan kebencian yang terpendam pun tidak. Sebab masing-masing orang akan bertanggung jawab kepada Tuhan, tidak bertanggung jawab kepada manusia mana pun, termasuk terhadap kita.
Bahkan ketika kita disakiti, dilukai atau ditindas, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, karena Tuhan yang berhak membalas, Tuhan yang menjadi Hakim. Kekudusan, kesucian, harus kita perjuangkan dari detik ke detik, dari menit ke menit. Kita harus serius menjalani hidup, serius untuk mengikat mulut, tidak mengucapkan kata yang tidak patut, atau jari-jari kita tidak menulis apa yang tidak patut di media sosial. Ingat, pikiran kita harus terus kita bersihkan dari hal-hal yang najis; dari kebencian, dendam, perzinaan, percabulan atau keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, semua harus kita jaga. Kita yang menjagainya, bukan Tuhan. Tuhan melengkapi kita dengan firman dan Roh Kudus yang menuntun kita, tetapi kita sendiri yang harus menjagai pikiran kita. Tubuh kita adalah bait Roh Kudus.
Kita bukan hanya tidak melakukan dosa-dosa secara fisik, tetapi juga taman hati kita harus kita jaga. Hal itu menjadi keasyikan, kalau kita sudah menjalaninya. Lalu nanti berkembang dengan adanya kerinduan kita untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, artinya supaya jiwa-jiwa juga melakukan hal yang sama yang kita lakukan; menjaga kekudusan untuk mempersiapkan diri menghadap takhta pengadilan Tuhan. Kita bisa melihat surga di dalam batin kita. Kita bisa merasakan kebahagiaan. Ingat, kita tidak mungkin bisa bertemu dengan Tuhan Yesus muka dengan muka, kalau kita tidak berwajah sama dengan Dia. Kita harus meminta petunjuk Roh Kudus, apakah kita telah memiliki wajah Tuhan di dalam hidup kita? Jika tidak, kita harus berjuang, mumpung masih ada kesempatan.
Ingat, berharganya hidup ini bukan karena kita bergelar tinggi atau banyak gelarnya. Berharganya hidup ini bukan karena kita punya fasilitas harta, rumah, mobil dan lain-lain. Berharganya hidup ini bukan karena kita menjadi pejabat tinggi, punya kekuasaan atau kita cantik, ganteng. Bukan karena kita punya rumah tangga yang harmonis atau sukses dalam karier. Bahagianya hidup ini adalah karena kita berjalan bersama Tuhan. Bernilainya hidup ini adalah karena kita terus mengalami pertumbuhan di dalam kekudusan dan kesucian, layak masuk ke dalam Rumah Bapa. Sehingga hal itu menjadi pengharapan dan sukacita kita.
Bahagianya hidup ini adalah karena kita berjalan bersama Tuhan.