Skip to content

Allah Penolong

Menjadi konsep manusia beragama di mana pun—apakah itu agama samawi maupun agama-agama yang lahir dari budaya, agama-agama purba, agama-agama suku—di mana allah atau sesembahannya dipandang sebagai penolong, pemelihara, penjaga, atau pelindung. Cara berpikir seperti ini juga ada di dalam kehidupan banyak orang Kristen, bahkan sebagian besar orang Kristen. Sebagian kita juga masih memiliki alam berpikir seperti ini, yang karenanya kita pergi ke gereja, karena kita membutuhkan Tuhan sebagai Penolong, Pelindung, Pemelihara, atau Penjaga. Tetapi, sebenarnya banyak orang Kristen yang belum tepat benar dalam memperlakukan Allah. 

Satu-satunya Allah yang benar adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dan manusia. Allah yang memiliki kehendak, juga Allah yang memiliki rancangan. Semua ini diciptakan sesuai dengan rencana-Nya; dengan tujuan ilahi.  Dan hal ini penting sekali, walaupun kedengarannya sudah biasa dan sederhana. Dialah Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak, dan Yakub, yang memanggil Abraham keluar dari negerinya. Allah yang benar menyatakan diri sebagai Elohim Yahweh. Dialah satu-satunya Allah yang benar. Tidak ada Allah selain Dia. Dan ini harga mati. Tidak boleh dikurangi dengan apa pun.

Tentu kita harus tetap menghargai keyakinan, agama, kepercayaan orang lain, dan kita tidak mengganggu dan tidak boleh mengganggu, sebagai manusia yang beradab di tengah-tengah masyarakat yang majemuk, yang plural, punya polarisasi. Kita juga tidak boleh menyerang, dan kita juga tidak perlu membanding-bandingkan ajaran kita dengan ajaran mereka. Tetapi, keyakinan bahwa satu-satunya Allah yang benar adalah Elohim Yahweh, Dialah Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus, itu harga mati. Itu tidak bisa ditawar. 

Tentu Dia bisa menjadi Pelindung. Dan memang hanya Dialah satu-satunya Pelindung, satu-satunya Pemelihara, satu-satunya Penolong. Bagi kita orang percaya, kita tidak boleh melirik siapa pun dan apa pun untuk menjadi penolong, dalam keadaan bagaimanapun. Kalau Tuhan memakai manusia atau seseorang menolong dan membantu kita, bisa. Tetapi, hati kita harus terarah kepada Tuhan. Kita tidak boleh bergantung kepada manusia. Jadi, kalau Tuhan menggerakkan kita menceritakan masalah kita kepada seseorang, tentu hal itu tidak salah, karena memang kita harus saling menopang dan saling menguatkan. Tetapi, semua hal yang kita lakukan harus dalam pimpinan Tuhan, Pemilik hidup kita. Kalau kita berurusan dengan Allah, karena kita membutuhkan Penolong, Penjaga, Pemelihara. Namun, tidak boleh kita lepaskan dari maksud penciptaan. 

Maka, jangan berurusan dengan Allah dalam orientasi manusia yang sempit, dangkal, dan fana. Pada umumnya, begitulah orang memiliki sesembahan, karena mau mendapat pertolongan dari berbagai masalah fana, yang tidak terkait dengan maksud tujuan Allah menciptakan manusia. Jadi, kalau kita berurusan dengan Tuhan hanya karena untuk masalah ekonomi, kesehatan, keluarga; dunia bisa menjawab. Agama-agama sangat bisa menjawab, termasuk kalau kita mau memiliki budi pekerti yang baik. Dunia bisa menjawab. Maka, kalau kita berurusan dengan Tuhan, kita mau melihat maksud atau tujuan ilahi. Jangan masuk ke wilayah Tuhan untuk memperkarakan hal-hal yang tidak menjadi urusan Tuhan. Seperti di Lukas 12:13-15, ketika seseorang berkata, “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku. Tetapi Yesus berkata kepadanya: Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” 

Jawaban Yesus mengesankan bahwa Yesus bukan hakim. Yesus itu Hakim di atas segala hakim. Tetapi, bukan hakim yang diangkat manusia dan bukan hakim versi manusia. Dia Penolong, tetapi bukan penolong yang diangkat manusia dan penolong versi manusia. Dia Pemelihara dan Penjaga, tetapi bukan pemelihara dan penjaga versi manusia, dan tidak diangkat oleh manusia. Dia mengangkat diri-Nya sendiri karena Dia Allah. Kalau Yesus sebagai Penolong, Pemelihara, Penjaga menurut versi manusia, maka manusia punya hak untuk mengarahkan Tuhan. 

Karenanya, kita harus sungguh-sungguh belajar untuk mengenal Dia dengan benar agar dapat membuka pikiran, wawasan kita untuk mengenal siapa Dia, dan akhirnya menemukan maksud tujuan ilahi yang Dia rancangkan bagi setiap kita. Allah menciptakan manusia dengan maksud supaya manusia menjadi manusia yang melayani Tuhan. Melayani Tuhan artinya manusia bisa memiliki perilaku, irama yang dalam segala hal seirama dengan Bapa di surga, dan itu menjadi kesukaan hati Bapa. Tetapi, ternyata manusia telah jatuh ke dalam dosa, kehilangan kemuliaan Allah atau kurang kemuliaan Allah, sehingga irama manusia menjadi rusak dan tidak menyenangkan hati Bapa. Jadi, hidup di dunia ini adalah hidup untuk perbaikan, supaya kita layak masuk dunia yang akan datang. Maka, kita harus melakukannya dengan segenap kekuatan kita; tanpa batas.  

Kalau kita berurusan dengan Allah, karena kita membutuhkan Penolong. 

Namun, tidak boleh kita lepaskan dari maksud penciptaan.