Skip to content

Allah Lain

Apakah gaya hidup seperti Yesus yang meninggalkan percintaan dunia dapat kita lakukan? Memang sulit sekali, tetapi kalau kita belajar kebenaran terus-menerus, kita akan mengerti dan bisa melakukannya. Banyak orang Kristen yang tidak yakin bahwa kehidupan seperti yang Yesus jalani dapat dijalani karena menganggap bahwa kehidupan Yesus adalah kehidupan yang mustahil dijalani. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa ia tidak percaya yang dikatakan oleh firman Tuhan bahwa kita harus serupa dengan Yesus. Alkitab jelas menunjukkan bahwa Yesus menjadi yang sulung di antara banyak saudara, artinya bahwa setelah Yesus, pasti ada orang-orang yang juga dapat memiliki kehidupan seperti yang dialami-Nya. Inilah Injil yang sesungguhnya, bahwa manusia dimungkinkan memiliki kehidupan yang agung sebagai anak-anak Allah seperti yang diperagakan oleh Yesus. Kalau Injil menekankan pemenuhan kebutuhan jasmani, itu berarti Injil yang palsu. Injil yang palsu tidak mengajarkan kesucian hidup seperti yang dikenakan oleh Yesus. Teologi Kemakmuran yang banyak ditawarkan oleh gereja-gereja adalah ajaran yang berasal dari kuasa gelap yang membinasakan banyak jemaat.

Hal yang paling menghambat untuk dapat melakukan gaya hidup seperti Yesus dan dapat menggagalkan perjalanan hidup mengiringi Yesus adalah pandangan bahwa kebahagiaan hidup ini hanya dapat diperoleh melalui atau di dalam harta dunia. Pada umumnya atau rata-rata, manusia atau bahkan hampir semua manusia terjebak dalam jerat ini. Mereka tidak yakin atau kurang yakin ada kebahagiaan di luar fasilitas yang dunia sediakan. Hal ini disebabkan karena cara berpikir yang ditanamkan orangtua dan lingkungan di dalam pikiran semua manusia. Dengan demikian, hampir semua manusia sebenarnya hidup di bawah cengkeraman kuasa gelap, tetapi mereka tidak menyadari keadaan mereka yang sangat membahayakan itu. Seharusnya, pemberitaan Injil dapat menyadarkan mereka semua dari keadaan yang membahayakan tersebut agar mereka berpaling kepada Allah dan bertobat dengan sungguh-sungguh, guna memperoleh pembaharuan.

Mereka yang terjerat bukan hanya jemaat awam, melainkan aktivis, bahkan pendeta pun terjebak di situ. Walaupun kita mungkin tidak materialistis sekali, masih memiliki juga hati yang murah untuk menolong pekerjaan Tuhan, tetapi masih ada bagian dalam hati kita yang terpikat oleh keindahan dunia. Kalau Tuhan menghendaki agar kita mengasihi Dia dengan segenap hati, segenap kekuatan dan akal budi, itu berarti kita harus menyerahkan segenap hati kita secara bulat dan utuh hanya untuk Tuhan. Prinsipnya adalah: semuanya bagi Tuhan atau tidak sama sekali. Sebab, firman Tuhan tegas dan jelas mengatakan bahwa seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Allah Yang Mahakuasa adalah Allah yang menghendaki diri-Nya berdaulat penuh atas umat-Nya. Itulah sebabnya, tidak boleh ada allah lain di hadapan-Nya. Allah lain tersebut bisa berarti siapa pun dan apa pun yang menggantikan tempat Allah di dalam hidup kita.

 Ikatan terhadap percintaan dunia pada dasarnya terkait dengan hasrat untuk terhormat di mata manusia, atau paling tidak, ingin disejajarkan dengan manusia lain dan tidak mau direndahkan. Biasanya, orang mau memiliki berbagai fasilitas bukan demi kebutuhan, melainkan demi kesenangan yang juga demi prestise dan kehormatan manusia. Dalam hal ini, orang tidak bisa membedakan antara “keinginan” dan “kebutuhan.” Orang-orang seperti ini sudah bisa dipastikan terjerat dan tersandera oleh dunia ini, dan di balik semua ini, ada kuasa gelap yang menggiring manusia menuju api kekal. Tetapi pada umumnya, manusia tidak menyadari hal ini, termasuk banyak orang Kristen di dalamnya. Karena, mereka menganggap bahwa hal tersebut merupakan kewajaran hidup. Dengan demikian, orang yang masih mau hidup wajar seperti manusia lain, tidak mungkin bisa mengikuti Yesus.

Dalam Yohanes 5:44, Yesus berkata: “Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?” Dari pernyataan Tuhan Yesus ini, jelaslah bagi kita bahwa tidak mungkin orang bisa menjadi percaya kalau masih mencari hormat yang datang dari manusia. Ini berarti bahwa orang yang masih terikat dengan percintaan dunia tidak mungkin bisa menjadi orang percaya yang benar sesuai dengan kehendak Allah. Dalam hal ini, sangatlah jelas bahwa menjadi orang percaya bukanlah hal yang mudah. Percaya bukan saja aktivitas nalar atau pikiran, melainkan sebuah keyakinan. Percaya adalah tindakan, dimana tindakan tersebut menyita seluruh hidup kita. Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Yesus bahwa seseorang harus rela kehilangan nyawa kalau mau memiliki nyawa. Artinya, orang harus rela kehilangan dunia ini kalau mau memperoleh langit baru dan bumi yang baru sebagai anggota keluarga Kerajaan Surga.