Skip to content

Alasan

Orang yang bengkok hatinya adalah orang yang tidak jujur. Dan mereka tidak akan diperlakukan Tuhan sebagai orang yang layak menerima anugerah. Sebab Tuhan berfirman, “Terhadap orang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang bengkok Engkau berlaku bengkok.” Jangan sampai di hadapan Tuhan kita masih beralasan ini dan itu. Tidak ada alasan. Salah adalah salah. Jangan membiasakan diri beralasan. Itu orang bengkok. Atau kita mengaku salah, tetapi ada embel-embelnya. Suatu hari ketika kita berhadapan di hadapan takhta pengadilan Allah, dan semua pengetahuan lengkap, kita akan mengenali bahwa alasan yang kita buat adalah bentuk sikap tidak menghormati Allah. 

“Bagaimana saya bisa cukup, kalau saya jujur?” Orang yang seperti ini menganggap bahwa kehidupan yang benar dan kesucian itu membahayakan dan menyulitkan hidupnya. Maka, kesucian harus dibangun sejak muda. Namun, walaupun saat ini kita sudah cukup berumur dan sering gagal, tetap kita masih bisa diperbaiki. Di-reset, di-redefine, di-recode; diformat. Ingat! Kalau kita mengasihi Tuhan, Tuhan juga mengasihi kita. Jangan kita balas berkata, “Walaupun kita tidak mengasihi Dia, Allah mengasihi kita,” nanti dulu. Jadi begini, seharusnya makin tua umur kita, maka cinta kita kepada Tuhan juga harus makin kuat. Seimbang dengan kedewasaan rohani kita. Memang dulu waktu masih remaja, cinta kita kepada Tuhan yang porsinya sedikit, aman. Tetapi tidak akan aman ketika kita sudah tua. Jadi seiring dengan usia rohani, kita juga harus bisa mencapai puncak kecintaan kepada Tuhan. 

Sebab tidak ada cara lain untuk menghadirkan hadirat Allah dan kuasa Allah, kecuali dengan kekudusan dan kesucian hidup. Kita rindu diubah, benar-benar menjadi seorang yang mengasihi Tuhan. Di dalam 2 Korintus 11:2 dikatakan, “Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi, karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci.” Kita harus jadi perawan suci. Jadi kalau ada orang berkata, “Tuhan mengasihi kita, walaupun kita tidak mengasihi Dia,” nanti dulu. Waktu umur rohani kita berapa? Walau kita tidak setia, Dia tetap setia. Berapa kali kita memberontak dan melakukan tindakan tidak setia? Sampai kapan? 

“Perawan” di sini bukan berarti tidak pernah melakukan hubungan seks. Ini bukan dalam pengertian umum, tetapi menunjuk kepada seseorang yang tidak terikat dengan percintaan dunia. Tuhan mencintai kita dan Ia sebagai mempelai laki-laki. Namun, kalau kita tidak menjadi perawan suci, artinya kita tidak akan menjadi mempelai di kekekalan. Maka, Paulus berkata, “Tetapi aku takut kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus.” Siapa yang disesatkan? Manusia; orang Kristen. Siapa yang menyesatkan? Iblis. 

Sebagai mempelai Tuhan, kita itu ibarat sudah masuk kotak; dibelenggu dengan status “tunangan.” Kalau di Indonesia, tunangan gampang bisa putus. Tetapi kalau di Israel, menurut tradisi Yahudi, kalau dikatakan “Maria tunangan Yusuf,” arti tunangan itu sudah legal suami istri, tetapi belum tinggal serumah. Tuhan sudah membeli kita secara legal. Kita milik Tuhan. Maka kalau kita tidak nurut, memberontak, berarti kita bengkok. Kita tidak boleh hidup sembarangan. Jangan lupa, ada Iblis yang terus mencoba untuk menarik kita masuk dalam persekutuan dengan kegelapan. Jadi, ingat! Kita sudah dibelenggu dalam status sebagai mempelai Kristus. 

Kita harus memilih Tuhan dan kita harus mencintai Tuhan lebih dari mencintai nyawa kita. Ironis, banyak yang tidak mampu, karena irama hidupnya sudah salah selama belasan, bahkan puluhan tahun. Selain Tuhan tidak kelihatan, mereka memuaskan daging dan ambisinya, sehingga mereka tidak sanggup lagi. Tetapi kalau Tuhan berkemurahan, dan mereka mau bertobat, bisa. Tetapi kalau sudah tidak nekat, sombong, masih hidup dalam nafsu kedagingan, maka itu bahaya. Jangan lawan Tuhan. Makanya kita-kita semua harus menjadi juru kampanye Tuhan. Kita bukan hanya jadi penggembira. Jadi penganjur, karena kita sudah mengenakan kebenaran. 

Menjadi kekasih Tuhan itu luar biasa. Ingat 2 Samuel 22, “TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku, Ia membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku,” dan seterusnya. Mungkin ini dianggap omong kosong, tetapi terserah. Kalau kita mencintai Tuhan, mencintai Dia dengan tulus, sepenuh hati, Dia akan perlakukan kita seperti itu. Lalu mengapa kita tidak mau melakukannya? Mengapa kita masih beralasan? Kalau kita jadi kekasih Tuhan, siapa yang lawan kita? Kalau kita menjadi kekasih-Nya, apa pun dan bagaimanapun, kita aman. 

Alasan yang kita buat dalam membela kesalahan kita adalah bentuk sikap tidak menghormati Allah.