Skip to content

Akhir Hidup Manusia

Kalau kita membaca Lukas 17:20-36, perikop itu berbicara mengenai kedatangan Kerajaan Allah. Tuhan mengingatkan kepada kita, agar kita tidak turut hanyut dengan keadaan dunia. Di ayat 26-27 Tuhan berkata, “Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.” Mereka tidak menyadari karena berada dalam kesibukan hidup, dalam kegiatan rutin hidup, mereka menjalaninya sampai Tuhan mengakhiri sejarah dunia ini. 

Ayat 28-29, “Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua.” Kegiatan ini merupakan aktivitas kehidupan rutin, aktivitas kehidupan umum yang berlangsung. Tuhan juga mengatakan, “Ingatlah akan istri Lot.” Peringatan ini patut kita sungguh perhatikan. Jangan kita terjebak dalam perputaran, dalam siklus kehidupan seperti yang dijalani dan dialami orang pada umumnya, sampai tidak menyadari akhir hidup kita.

Akhir hidup itu bisa berupa: yang pertama, kiamat atau kedatangan Tuhan. Yang kedua, hari kematian seseorang. Yang ketiga, titik di mana seseorang tidak bisa berubah lagi; jadi masih hidup, tetapi rohaninya mati. Ingat! Tidak menyadari bahwa dia hidup dalam siklus perputaran kesibukan, aktivitas, rutinitas, sampai hari meninggal dia atau kiamat, kedatangan Tuhan atau titik di mana mereka tidak bisa berubah. Masih hidup, tetapi sudah mati, artinya sudah tidak bisa berubah. Inilah tingkat seseorang yang menghujat Roh Kudus, di mana Allah tidak bisa menggarap dia lagi. 

Di Lukas 18, Yesus memberikan perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Tentu maksud doa ini sudah pasti bukan doa ritual. Karena Tuhan mengajarkan kepada kita bukan format kalimat doa, tetapi format kehidupan; “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga.” Itu adalah formula kehidupan bukan format kalimat doa semata. Jadi kalau Tuhan menegaskan agar orang percaya selalu berdoa artinya kita harus selalu membangun hubungan dengan Allah. Jangan khawatir, jangan mencurigai Tuhan.

Dalam kisah tersebut, janda itu benar-benar mengganggu Sang Hakim. Mungkin ada juga orang-orang yang minta agar perkaranya dibenarkan atau dibela, tetapi tidak sampai tingkat mengganggu. Dan pasti Hakim ini sudah pengalaman menghadapi orang-orang seperti ini. Namun janda ini beda, ia menyusahkan sampai menikam. Dikatakan, “Karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia.” Ia mengalah, ia kalah. “Supaya jangan terus saja dia datang.” Rupanya janda ini datang terus. “Dan akhirnya menyerang aku.” Sang Hakim sudah melihat tanda-tanda gila dari si janda tersebut. 

Orang nekat masih punya pikiran, tetapi kalau orang gila tidak punya pikiran. Pokoknya kalau ketemu orang gila sudah tidak pakai pikiran. Kita harus dinilai oleh orang dunia sampai tidak punya pikiran. Apa tidak bosan ikut doa pagi? Apa tidak bosan doa? Apa tidak bosan kebaktian setiap hari? Jadi sudah di atas nekat, yaitu gila. Nasihat Tuhan melalui perumpamaan itu adalah agar kita bertekun! Bertekun sampai tingkat gila. Maka kita harus membawa diri kita sampai tingkat nekat dan sampai akhirnya “gila.” 

Di ayat selanjutnya tertulis, “Kata Tuhan: “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” Mendapati iman di bumi yang ukurannya adalah iman seperti janda itu.

Jadi dalam pergumulan kita mencari Tuhan, kita melihat kenyataan seakan-akan kesungguhan kita itu tidak ada artinya. Seakan-akan Tuhan memperlakukan kita sama dengan mereka yang tidak sungguh-sungguh. Ironisnya, bisa-bisa keadaan kita lebih buruk dari mereka yang tidak mencari Tuhan. Maka kita harus mengubah cara pandang hidup kita, milikilah perspektif kekekalan. Tuhan mengerti bahwa kalau keadaan kita baik-baik, kita bisa terhilang. Tuhan itu cerdas, berhikmat, Maha Tahu. Jadi, kita jangan sampai terpengaruhi oleh dunia kita yang santai, makan minum, kawin dikawinkan, menjual membeli, membangun menanam. Jangan terbawa.

Ingatlah, dalam setiap peristiwa Tuhan bicara, dalam setiap kejadian Tuhan memberi pernyataan. Tuhan memberikan sinyal. Maka, hanya di langit baru bumi baru kita menaruh pengharapan.

Jangan kita terjebak dalam siklus kehidupan seperti yang dijalani

dan dialami orang pada umumnya, sampai tidak menyadari akhir hidup kita.