Kita sering tergoda untuk bermesraan secara fantasi dan emosional dengan Tuhan. Pada waktu kita di gereja, kita menyanyi dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, disertai derai air mata, sambil berkata, “Aku mencintai Engkau,” tetapi setelah itu kita tidak menghayatinya dalam perjalanan hidup. Manusia lama kita sering menipu diri kita dan itu memang licik. Suasana jiwa yang kita miliki, tidak konstan atau tidak punya stabilitas. Kalau Alkitab berkata, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, akal budi,” artinya kita harus siapkan dengan serius. Begitu kita bangun tidur pada pagi hari, kita yang harus terus menjaga stabilitas cinta kita. Kita bisa lupa, karena sibuk dengan segala kegiatan rutinitas. Firman Tuhan juga berkata, “Siapkanlah akal budimu,” berarti kita serius memperhatikan keberadaan kita di hadapan Tuhan.
Ketika kita melihat dunia dengan mata jasmani, kita tidak bisa menyangkal, indah. Namun, dengan mata rohani, kita tidak lagi menilainya indah. Kita melihat apa yang tidak terlihat. Ini lebih fanatik lagi, lebih ekstrem. Kita yang harus mengelola perasaan dan pikiran kita. Ini anugerah yang besar. Yaitu, pertama, tanpa kasih karunia, tanpa anugerah yang diselesaikan Tuhan Yesus Kristus di kayu salib, pintu ini tidak terbuka. Kedua, tidak semua orang menjadi umat pilihan. Di mana kita dapat mengenal satu-satunya Allah yang benar, Elohim Yahweh, dan satu-satunya Tuhan, Majikan, Raja kita, Yesus Kristus.
Betapa luar biasa. Jadi kalau orang menyia-nyiakan kesempatan ini, tidak bisa tidak, ratap dan kertak gigilah penyesalannya. Jangan anggap remeh. Kita tidak bertepuk sebelah tangan. Kalau kita serius mengelola pikiran dan perasaan kita untuk mencintai Tuhan, pasti Tuhan menyambut. Ingat, ini bukan fantasi. Kita bisa merasakan detak cinta Tuhan di dalam hati. Ketika kita bangun pagi hari, mata kita tetap tertuju kepada Tuhan. Tidak memikirkan apa yang Allah tidak kehendaki kita pikirkan. Tidak merenungkan apa yang tidak boleh kita renungkan. Jangan mengucapkan kata, kalimat yang tidak boleh kita ucapkan. Apalagi mengingini sesuatu yang Tuhan tidak kehendaki atau berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan standar kesucian Allah. Dengan serius kita kelola itu dari menit ke menit.
Masalahnya, tidak sedikit orang Kristen yang tidak punya rasa sama sekali terhadap Tuhan. Karena hatinya diisi dengan banyak keinginan, seleranya dirusak oleh berbagai nafsu duniawi. Mari kita sungguh-sungguh mengubah arah hati kita. Jangan ke arah siapa pun dan apa pun. Kita arahkan ke Tuhan. Jangan memberhalakan apa pun dan siapa pun. Pasti Tuhan menjagai kita, kalau kita mengarahkan hati kepada Tuhan. Ia tidak akan mempermalukan kita. Walaupun sering sementara waktu kita seperti kalah, dipermalukan, dan tertindas, tetapi kita mau tetap setia dan membuktikan kesetiaan kita.
Ingat ini temporal. Ada saatnya kita tidak akan punya kesempatan lagi; kita hanya punya satu kali kesempatan dan terbatas. Mungkin bagi anak-anak muda, belum sanggup memenuhinya, tetapi kalau kalian mau, Roh Kudus akan tolong. Tuhan mau hati kita sampai memiliki cinta yang abadi dengan Tuhan. Percayalah kalau nanti kita pulang ke surga, Tuhan akan menyambut karena kita adalah kekasih-Nya. Jangan tidak mengambil keputusan untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan kita.
Seiring dengan bertambahnya pengenalan kita akan Tuhan, semakin lekatnya keintiman kita dengan Allah, maka kita merasakan detak dan cinta Tuhan di dalam diri kita. Sehingga kita bisa memiliki kesaksian di dalam batin bahwa Allah itu hidup dan nyata. Banyak orang Kristen hanya beragama. Berapa banyak mereka yang benar-benar mengalami bahwa Allah itu ada? Mereka bisa saja berkata yakin bahwa Allah itu ada. Namun, dari perbuatannya, dari sikap hatinya, tidak menunjukkan bahwa mereka percaya bahwa Allah itu ada. Buktinya? Mereka takut, khawatir, dan cemas atas hidupnya di bumi. Padahal, Allah pasti genggam kita. Allah lebih kuat dari siapa pun dan apa pun. Mengapa kita gentar menghadapi hidup yang sementara ini?
Selanjutnya, mereka juga takut mati. Padahal kalau kita yakin Allah itu ada, Ia menyediakan surga bagi kita. Sehingga kita bukan hanya siap mati, melainkan senang mati. Walaupun tentu kita tidak ingin meninggal cepat karena kita mau berbuah bagi pekerjaan-Nya. Hati dan pikiran kita ada dalam kekuasaan kita. Bukan kekuasaan Tuhan. Karena Tuhan memberikan kepada masing-masing kita kedaulatan. Kalau hati seseorang dalam kekuasaan Tuhan, maka jika dia bisa mencintai Tuhan atau membenci Tuhan, artinya Tuhan yang mengatur dan harus bertanggung jawab atas nasib setiap individu.
Ingat! Tidak ada yang dapat melarang kita untuk mencintai Tuhan. Setan tidak bisa melarang. Tuhan juga tidak memaksa. Jadi, tergantung diri kita sendiri. Sehingga tidak heran jika ada orang bertumbuh dewasa, makin sempurna, makin berkenan, tetapi ada orang yang tidak bertumbuh, tidak makin sempurna. Karena semua tergantung responsnya terhadap Tuhan; apakah dia mencintai Tuhan atau tidak.
Hati dan pikiran kita ada dalam kekuasaan kita.