Skip to content

24 Jam

Setelah sekian lama kita doa pagi, doa puasa, maka sudah saatnya kita benar-benar mau mengambil sikap dan menempatkan diri pada posisi yang benar dan permanen atau positioning.  Kalau kita tidak sungguh-sungguh menetapkan hati, kita bisa terbawa arus kembali, lalu kegiatan yang kita lakukan selama ini menjadi sia-sia. Kembali lagi ke siklus kehidupan seperti sebelum kita mencari Tuhan melalui doa pagi dan semua kegiatan rohani. Jadi, pada hari ini kita mau menentukan positioning yang jelas. Yang pertama, hidup 24 jam di hadirat Allah. Artinya kita selalu berjaga-jaga, selalu menghayati bahwa kita hidup di hadapan Allah, supaya kita tidak ceroboh dengan apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan. 

Memang tidak mudah menjaga kekudusan hidup, tetapi ini adalah inti kehidupan Kristen kita. Jadi, kita jangan mencoba untuk menghindarkan diri dari hal ini. Setiap kita memang punya kelemahan dan kekurangan. Kelemahan-kelemahan yang sering masih menyeret kita pada perbuatan-perbuatan yang tidak patut, tetapi jangan berhenti, jangan putus asa, kita harus terus berjuang supaya kita mencapai kehidupan seperti yang Tuhan kehendaki. Kita tetapkan hati kita untuk benar-benar menjadi umat pilihan Allah yang berkenan kepada-Nya. 24 jam di hadirat Allah. Kita mau menghayati terus bahwa kita ada di hadirat Allah. Karenanya kita menjaga diri dari hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki.  

Kita masuk dalam gerakan 24 jam di hadirat Allah dan kita benar-benar memasuki kehidupan yang tidak bercacat tidak bercela, gerakan hidup kudus. Kita harus menempatkan diri di kutub yang bertentangan dengan kutub dunia. Karenanya, kita terus belajar firman, memperbarui pikiran supaya kita tidak serupa dengan dunia. Kita harus memosisikan diri berada di kutub kekudusan, kutub percintaan dengan Tuhan; bukan kutub hidup dalam percintaan dunia. Kita harus se-ekstrem-ekstremnya, sefanatik-fanatiknya, walau tentu tidak kita ucapkan. Kita tetap hidup wajar seperti manusia lain secara lahiriah—secara pandang mata, kita berumahtangga, bekerja, mencari nafkah—melakukan berbagai kegiatan lain yang tidak menyalahi etika kekudusan Allah. 

Kita tidak boleh menunda besok, apalagi lusa, untuk hidup berkenan kepada Tuhan. Hari ini—saat ini—kita menetapkan hati untuk benar-benar hidup tak bercacat tak bercela, hidup dalam kekudusan, yang di dalam segala hal kita menyenangkan hati Bapa di surga. Untuk itu, mari pisahkan diri kita dari dunia. Jangan lakukan apa yang orang lain lakukan. Kita harus melakukan apa yang sesuai dengan kehendak Bapa. Untuk itu, kita memang harus berjuang dengan sungguh-sungguh, karena ini bukan sesuatu yang mudah, apalagi sudah menjadi irama hidup yang melekat di dalam diri kita. Maka, manusia lama, kodrat dosa harus terus-menerus kita matikan, supaya Kristus hidup di dalam diri kita, semangat, gairah Yesus, kekudusan Yesus, membara di dalam hidup kita.

Kita harus berani berbeda dengan dunia. Roh Kudus pasti akan menolong kita bagaimana memisahkan diri dari dunia, untuk belajar terus supaya tidak serupa dengan dunia ini. Maka, komitmen dan tekad ini harus kita miliki dulu; mau hidup tak bercacat tak bercela, melayani Tuhan dengan perbuatan-perbuatan yang selalu sesuai dengan kehendak Allah. Jadikanlah ini satu-satunya dunia kita, satu-satunya kehidupan kita. Tahap demi tahap kita akan bisa menghayati bagaimana kehidupan yang berbeda dengan dunia ini. Kita harus melangkah. Kalau tidak, berarti kita hanya berfantasi saja. Doa-doa yang kita ucapkan untuk berkenan di hadapan Tuhan, hidup benar-benar tak bercacat tak bercela hanya fantasi. Sebab dalam kenyataan, kita tidak hidup di dalamnya. 

Ingat, tidak cukup hanya pada waktu kita berdoa kita mengucapkan doa-doa semacam ini, namun justru ketika kita dalam perjalanan hidup setiap hari, di situlah kita menerapkan secara konkret kehidupan yang tak bercacat tak bercela. Maka, kehidupan yang berbeda akan kita alami tahap demi tahap. Kita harus melangkah. Jangan berpikir kita tidak bisa hidup suci karena melihat dunia sekitar yang begitu rusak, dan melihat diri sendiri yang masih jatuh bangun-jatuh bangun; kita jangan putus asa. Masing-masing kita memang punya kekurangan dan kelemahan, tetapi kita harus memutuskan untuk tidak menuruti keinginan daging, tetapi hanya mau menuruti kehendak Allah. 

Biarlah kiranya hati kita tertaruh di Kerajaan Surga dan kita selalu ingat bahwa kita sedang ada dalam perjalanan menuju surga. Dunia bukan rumah kita. Kita selalu sedang berkemas-kemas dan menuju Kerajaan Surga, yaitu rumah Allah Bapa. Jangan mengkhianati Tuhan dengan tidak merindukan Kerajaan Surga dan perjumpaan dengan Tuhan Yesus muka dengan muka nanti.

Kita harus menghayati terus bahwa kita ada di hadirat Allah, 24 jam.

Karenanya, kita menjaga diri dari hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki.