Skip to content

Tanda Kehidupan

Di dalam pernyataan Yang Mulia Tuhan Yesus kepada setiap jemaat di kitab Wahyu, Tuhan kita Yesus Kristus berkata, “Menanglah kamu seperti Aku menang,” berarti ada perjuangan yang dialami orang percaya supaya mengalami atau memiliki kemenangan. Memperoleh mahkota kemenangan bukanlah hal yang mudah, sebab itu orang percaya harus masuk sebuah pertandingan. Dalam 2 Timotius 4:7-8 Paulus mengatakan, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir.” Paulus menunjukkan bahwa untuk mendapatkan mahkota itu, harus ada perjuangan. Dalam bahasa aslinya, ton agona ton kalon. Kata agona, juga ada di Lukas 13:24, ketika orang bertanya, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Tuhan berkata, “Berjuanglah;” (Yun. agonizesthe). Kata agona—pertandingan, perjuangan, peperangan—juga digunakan dalam Ibrani 12:1, “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” 

Jadi, untuk memperoleh mahkota kebenaran, untuk bisa diakui bahwa kita telah melakukan kebenaran—sama dengan melakukan kehendak Bapa—kita harus berjuang; perlombaan yang diwajibkan. Sampai akhirnya kita bisa berkata seperti Paulus berkata, “Aku sudah mengakhiri pertandingan yang baik.” Ada banyak pertandingan dalam hidup ini, tetapi tidak semua pertandingan yang baik, dan tentu tidak wajib, bahkan mestinya tidak boleh dibuat wajib. Pertandingan yang wajib adalah pergumulan bagaimana kita memiliki kehidupan yang sesuai kebenaran, sesuai kesucian Allah, sehingga mendapat pengakuan, “Ini anak-Ku yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan.” Dan terkait dengan ini, Paulus dalam 1 Timotius 6:12 berkata, “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal.” Kita yang harus merebut, bukan pasif mendapat hidup yang kekal. Jangan Saudara berpikir “percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat otomatis dapat hidup kekal.” Hal ini bisa bertentangan dengan tulisan Paulus, “bertandinglah supaya dapat merebut hidup yang kekal.” 

Sejak hidup di bumi, sejatinya seseorang sudah memiliki tanda-tanda kehidupan atau tanda-tanda kematian. Kalau orang tidak mempersoalkan kekekalan, ia sudah tidak peduli apakah ada tanda-tanda kehidupan atau tanda-tanda kematian. Kita harus peduli. Kita harus melihat, apakah ada tanda-tanda kehidupan atau tanda-tanda kematian dalam diri kita. Seperti Paulus yang berjuang untuk memiliki kebenaran Tuhan, ia berjuang dan ia bisa memperoleh mahkota kebenaran. Sejak di bumi, “telah tersedia bagiku,” itu tanda-tanda kehidupannya sudah tampak. Itulah yang menjadi kemuliaan di dalam Kerajaan Surga. Inilah yang dikatakan Tuhan Yesus dan surat Yakobus sebagai mahkota kehidupan. Sejak di bumi, sudah tampak kebenaran, kemuliaan, dan hidup sebagai anak-anak Allah yang nanti layak menerima mahkota kehidupan. Kalau seseorang tidak peduli kebenaran dan berbuat semaunya, ia tidak bisa diajar lagi. Dia tidak layak menerima kemuliaan, dia tidak layak memiliki hidup kekal. Tapi kalau kita peduli untuk mengerti kebenaran, apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan, maka kita sudah memiliki kemuliaan sejak di bumi. Tapi hampir semua orang menaruh kemuliaannya pada gelar, pangkat, kehormatan, kekuasaan, rumah, mobil, penampilan, baju, arloji, sepatu—hal fana.

Sejak hidup di bumi, harus tampak kebenaran berstandar Tuhan Yesus yang kita kenakan. Itu nilai kemuliaan seseorang, itu tanda kehidupan, itulah kekristenan yang sejati. Jadi, kekristenan bukan sekadar keyakinan, melainkan pengalaman konkret yang dialami dan dijalani. Dari kehidupan yang mengalami dan menjalani kekristenan yang benar—yang sama dengan mengerjakan keselamatan—maka dilahirkan buah yaitu kepastian masuk surga, bahkan memperoleh mahkota. Untuk itu, kerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar. Tinggalkan dosa, belajar Alkitab, tekun berdoa tiap hari, jangan bergaul dengan orang yang tidak membawa kita kepada kebenaran Allah, dan berjuang untuk hidup tidak bercacat, tidak bercela. Itu melahirkan atau membuahkan kepastian masuk surga. Jangan merasa sudah memiliki kepastian keselamatan hanya karena bisa berbicara mengenai keselamatan. Sebab faktanya, jemaat hari ini yang sudah terbiasa dengan keyakinan, dan itu dinyatakan sebagai standar moral. Sudah yakin selamat, benar-benar selamat. Ini kesalahan berpikir yang berlangsung selama berabad-abad. 

Paulus mengatakan bahwa mahkota kehidupan itu diberikan Tuhan, Hakim yang adil. Ada kata “Hakim yang adil,” mengapa ada penegasan ini? Dalam bahasa aslinya, ho dikaios krites. Rupanya kata krites ini dari bahasa Yunani yang diapdosi menjadi kata “kritis.” Hakim itu harus kritis, teliti. Kata diakios; adil, menunjukkan ada perhitungan yang dilakukan berdasarkan tatanan Pribadi Allah yang adil. Jadi, Allah pasti tidak sekadar menentukan, tapi menilai, karena ada keadilan dalam diri Allah, dan itu tatanan dalam diri Allah. Dalam 1 Petrus 1:17 disebutkan bahwa Allah menghakimi tanpa memandang muka; tidak menghormati siapa pun, tidak pilih kasih, tidak memandang rupa, tidak melihat orang, tapi memandang perbuatannya. Menjadi pertanyaan bagi kita semua, bagaimana penilaian Sang hakim yang Adil terhadap kita hari ini? Karena hal itu sangat menentukan apakah kematian kita bermartabat atau tidak.

Kita harus selalu memeriksa dan melihat,  apakah ada tanda-tanda kehidupan atau tanda-tanda kematian dalam diri kita.