Skip to content

Tahap Demi Tahap

Kita datang tidak membawa apa-apa dalam hidup ini, dan kita pun akan pulang tanpa membawa apa-apa. Oleh sebab itu, mari kita tekati. Apa pun yang kita kerjakan, itu hanya untuk Tuhan, supaya kita memperoleh Dia. Apa pun. Olahraga pagi, kerja, bisnis, studi, karier. Kita tidak bisa memiliki Tuhan dengan malas-malasan. Kita tidak bisa memiliki Tuhan dengan kehidupan yang tidak bertanggung jawab. Tetapi terutama, kesucian hidup. Dan kita tidak bisa memiliki Allah sebagai harta kalau merasa memiliki harta yang lain. Kita harus berkata. “Engkau satu-satunya hartaku. Kalau aku punya yang lain, semua itu gunakan untuk menemukan Engkau. Setelah menemukan Engkau, semua kugunakan untuk menyenangkan Engkau.” Di sisi lain, kita berkata kepada harta, “Kamu tidak punya bagian apa-apa dalam hidupku, dan aku tidak punya bagian apa-apa dalam dirimu.” 

Harta itu bisa barang, bisa uang, atau seseorang. Dan ketika kita bisa berkata, “Tuhan, Engkau satu-satunya hartaku,” baru kita menjadi perawan suci. Sehingga Tuhan pun bisa berkata, “engkau harta-Ku, kekasih-Ku, milik-Ku.” Namun bisa terjadi suatu saat kita kecewa terhadap siapa pun atau apa pun; Tuhan bisa bawa kita kepada situasi itu. Kita bersyukur kalau kita berada di situasi itu; dimana kita merasa sendiri tanpa siapa-siapa dan tanpa apa-apa, karena memang “di surga hanya ada Engkau. Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.” Jadi, bersyukur kalau kita mengalami situasi seperti ini, karena kita dipersiapkan menjadi mempelai Tuhan. Proyek ini mahal sekali; proyek dimana Allah mengubah kita dengan mengadakan banyak kejadian yang membuat kita begitu patah hati dengan dunia. 

Tetapi kalau kita tidak mengalami ini pun, tidak apa-apa. Tidak harus mengalami. Bagi kita yang sudah mengalaminya, bisa lebih menghayati bahwa satu-satunya yang kita butuhkan itu Allah, sehingga kita bisa berprinsip: “Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.” Dan selanjutnya kita bisa menyatakan, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Kita tidak bisa ikut Tuhan Yesus kalau kita masih memiliki sesuatu. Kita harus hanya memiliki Bapa. Kesetiaan kita dan kesetiaan Tuhan Yesus berpadu indah. Itulah sebabnya Yesus berkata kepada orang yang mengikuti Dia, “Jual segala milikmu. Bagaikan kepada orang miskin, datang ke mari ikutlah Aku.” 

Tuhan tidak akan berjalan dengan orang yang masih cabul, yang melakukan perzinaan. Orang cabul adalah orang yang memiliki ikatan dengan dunia. Orang-orang Kristen seperti ini akan berani bertindak seperti Esau yang menukar hak kesulungan dengan semangkuk kacang merah. Kalau kita mau menghargai hak kesulungan kita—yang adalah orang-orang dikatakan Alkitab memiliki karunia sulung Roh, artinya orang-orang yang dimungkinkan untuk menjadi serupa dengan Yesus—jangan menukar hak kesulungan kita dengan kesenangan-kesenangan dunia. Ini memang berat, sebab cara berpikir dan filosofi hidup seperti ini tidak dikenal oleh dunia. Tetapi bagi Allah, tidak ada yang mustahil. Orang kaya yang disuruh menjual seluruh hartanya dan membagikan kepada orang miskin lalu ikut Yesus, tidak mau karena hatinya telah terpasung oleh hartanya yang banyak (Mat. 19). Dan murid-murid-Nya mulai guncang, gempar, dan berkata satu dengan yang lain: “Jika demikian, siapa yang bisa diselamatkan?” 

Tuhan juga menjawab pertanyaan orang, “Sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Dengan jawaban yang seirama dengan pernyataan Tuhan di Matius 19, “Berjuanglah masuk jalan sempit, karena banyak orang berusaha, tetapi sedikit orang yang masuk. Tetapi yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Allah.” Jangan kekristenan kita luntur, jangan api kecintaan kita kepada Tuhan menjadi pudar dan padam karena masalah hidup. Satu-satunya tujuan hidup kita adalah Tuhan, karena Dia satu-satunya kebutuhan kita. Dan kalau sekarang kita bisa memahami ini bahwa Dia dahsyat karena Dia satu-satunya kebutuhan hidup kita, barulah kita bisa memberi nilai tinggi Tuhan; menghargai Dia setara patut, menghormati Dia secara patut, mencintai Dia secara patut. Tidak ada orang yang lebih beruntung dari orang yang dapat menghormati dan mencintai Tuhan dengan benar. 

Kacau balau bagaimanapun keadaan kita hari ini, kelam kabut dan porak poranda bagaimanapun hidup kita hari ini, kalau kita mengerti hal ini lalu kita mengarahkan diri kepada Tuhan, maka hidup kita akan diubahkan Tuhan tahap demi tahap. Tentu kalau kita mau menjadikan Tuhan satu-satunya kebutuhan kita, bukan karena kita mau diberkati secara jasmani. Sebab, kita tidak bisa memanipulasi atau memanfaatkan Tuhan, sehingga kita tidak akan tenggelam dengan persoalan-persoalan seberat apa pun, tidak bisa lagi memberhalakan apa pun. Allah menjadi harta kita satu-satunya, dan Tuhan mengatakan kepada kita, “Kau kecintaan-Ku.” Satu hal yang kita gumuli, yaitu perubahan. Tidak ada masalah besar selain masalah kita dengan Tuhan, agar kita dipulihkan Tuhan.

Kacau balau bagaimanapun keadaan kita hari ini, kelam kabut dan porak poranda bagaimanapun hidup kita hari ini, kalau kita mengarahkan diri kepada Tuhan, maka hidup kita akan diubahkan Tuhan tahap demi tahap.