Skip to content

Menghitung Hari Sisa

Seperti yang dikemukakan di dalam Matius 25 mengenai lima gadis yang bodoh dan gadis yang bijaksana, waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru “Mempelai datang, songsonglah dia.” Ini merupakan peringatan bahwa mempelai datang. Tuhan juga memberi peringatan kepada kita melalui peristiwa-peristiwa di dalam sejarah. Yang jelas, ekosistem bumi yang anomali—gempa, tsunami, dan berbagai tanda alam—ini ibarat sebuah seruan “Mempelai datang, songsonglah Dia!” Juga secara khusus, konflik bersenjata atau perang antarbangsa, jelas ini juga merupakan peringatan. Dalam Wahyu 3:20-21, Tuhan Yesus berkata, “Lihat Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk.” Ketukan itu juga merupakan isyarat, tanda bahwa Tuhan datang; Mempelai datang. 

Kita harus siuman supaya kita tidak terlena dengan kesibukan dan kesenangan diri, seperti hamba-hamba yang tidak tahu kapan tuannya datang. Ketika tuannya datang, ia sedang memukul satu dengan yang lain atau berkelahi satu dengan yang lain. Ia tidak mempersiapkan diri terhadap kedatangan majikannya. Kita sudah melewati masa menuai, sekarang kita masuk pada masa penampian. Dunia akan diguncang dengan berbagai guncangan. Di sini akan terjadi pemisahan; orang yang hidup suci akan bertambah suci, tetapi orang yang jahat akan bertambah jahat. Kita harus mengambil sikap yang jelas, kita mau termasuk kelompok orang-orang yang disisakan, atau bukan? Tuhan Yesus berkata di Lukas 18, “Jika Anak Manusia datang, apakah Ia mendapati iman di bumi?” Kita mau menjadi kelompok orang yang memiliki iman di bumi, tentu iman menurut standar Allah. 

Dengan tanda-tanda yang jelas ini, kita tinggal menghitung hari sisa. Orang tidak akan pernah menyadari sungguh-sungguh betapa dahsyatnya kekekalan, atau kedatangan Tuhan, kalau tidak mulai sekarang kita membangun keyakinan terhadap apa yang Firman Tuhan katakan. Mari kita hayati terus-menerus, kita sudah harus masuk ke suasana kekekalan. Sebelum secara fisik dan real-time kita masuk ke dalam suasana kekekalan, kita sudah bisa menghayati kekekalan itu. 

Tidak sedikit orang yang ketika masuk penjara—dieksekusi 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun, apalagi seumur hidup, terlebih lagi dijatuhi hukuman mati—yang tidak bisa menerima realitas itu dengan mudah dan masih belum siap sehingga bertanya-tanya dalam pikirannya, “Inikah penjara?” Tidak pernah dia pikirkan hal ini akan menimpanya waktu dia melakukan grativikasi atau korupsi. Bagi seorang penjual narkoba, Ketika dia menjual narkoba, menjadi bandar narkoba, tidak pernah memikirkan betapa “dahsyatnya” eksekusi hukuman mati yang akan dia terima. Namun kekekalan itu jauh lebih dahsyat daripada hukuman apa pun di dunia ini. Ingat kisah orang kaya di Lukas 16, ketika ia melihat Lazarus duduk di pangkuan Abraham—sedangkan ia ada di tempat yang sangat mengerikan—sulit baginya untuk menerima kenyataan tersebut. Tetapi kenyataan itu harus dia alami dan jalani. Maka dia berkata, “Bapa Abraham, suruh Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke air dan meneteskannya kepada lidahku karena aku sangat menderita.” 

Jangan kita berpikir bahwa hal ini tidak akan pernah kita alami. Bisa saja kita alami. Dan Tuhan sudah memberi peringatan lewat firman-Nya, “Mempelai datang, Mempelai datang!” Tuhan sudah mengetuk pintu, ketukan-Nya dalam bentuk gempa, perang, kelaparan, kesulitan ekonomi, krisis ekonomi. Ini ketukan, ini seruan. Dan inilah masa penampian. Orang yang mendengar seruan itu akan mendengar dan berjaga-jaga, sementara yang tidak mendengarnya, akan semakin tidak mendengar dan tidak tahu apa-apa hingga hari-Nya benar-benar tiba. Tentu kita mau termasuk orang yang mendengar, yang karenanya Firman Tuhan ini disampaikan. 

Kita tinggal menghitung hari sisa. Dan di sisa hari yang Tuhan berikan ini, hendaknya kita serius mempersiapkan diri. Kita bisa berkata saja mengamini dan setuju dengan apa yang disampaikan ini, tetapi setelah membaca pemberitaan Firman Tuhan ini, bisa saja kita kembali lagi ke irama hidup hari-hari kita, dan tidak pernah mempersiapkan diri dengan baik, padahal kita tinggal menghitung hari sisa. Jadi, kita diajak untuk berpikir dan menghayati bahwa kita benar-benar sedang menghitung hari sisa. Dunia kita semakin tidak bisa diharapkan. Oleh sebab itu, kita harus mengambil positioning yang jelas. Apakah kita termasuk umat yang disisakan, yang dipilih, yang memiliki iman sesuai dengan yang Allah kehendaki, atau tidak? Kita harus benar-benar serius mencari wajah Tuhan, bisa mendengar suara Tuhan, dan menemukan apa penilaian Tuhan terhadap diri kita. 

Kita tinggal menghitung hari sisa. Dan di sisa hari yang Tuhan berikan ini, hendaknya kita serius mempersiapkan diri.