Skip to content

Men-setting Pikiran

Sangat sedikit orang yang memberi nilai tinggi terhadap perkara-perkara rohani, yaitu hal-hal yang menyangkut kekekalan. Bahkan, mungkin kita juga belum menempatkan perkara-perkara rohani atau hal-hal kekekalan di tempat tinggi. Mestinya atau standarnya adalah hal-hal rohani atau perkara-perkara kekekalan adalah satu-satunya yang bernilai. Tidak ada urutan, tidak ada prioritas. Hanya satu: perkara-perkara rohani kekekalan, yang semua itu terbungkus dalam masalah ketuhanan atau masalah pribadi Allah. Hal ini harus diletakkan pada urutan pertama, bahkan mestinya satu-satunya. Saat ini, kita belajar menempatkan itu di urutan pertama dan nanti akhirnya yang lain akan menjadi luruh atau gugur sehingga kita memiliki satu-satunya yang menjadi tujuan dan isi hidup kita. 

Jangan berpikir ini berlebihan. Di Perjanjian Lama saja, pemazmur sudah mengatakan, “Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau?” Lihat bagaimana proyeksinya sudah ada di kekekalan. Kita bisa melihat dengan jelas, bahwa tidak ada prioritas di situ. Tidak ada prioritas; hanya satu-satunya. Tuhan Yesus juga menegaskan di dalam Matius 6:20, “Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi.” Hal itu juga menunjukkan proyeksi, isi tujuan hidup yang tunggal. Nyatanya, memang sedikit sekali orang yang memiliki sikap yang benar terhadap nilai-nilai rohani atau kekekalan.

Lalu, apa akibatnya? Apa dampaknya? Mereka pasti juga tidak dapat menghormati Tuhan secara utuh atau penuh. Tidak mungkin mereka bisa mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. Tidak mungkin tidak ada unsur-unsur duniawi di dalam hidupnya. Kita semua harus serius memperkarakan hal ini. Semua kita, termasuk juga para aktivis dan para pelayan Tuhan. Sampai kita nanti memiliki pemikiran atau pemahaman bahwa ketika kita tidak menjadikan perkara-perkara rohani sebagai isi dan tujuan hidup kita; ketika kita tidak menjadikan kekekalan sebagai isi dan tujuan hidup kita, artinya kita sedang berkhianat kepada Tuhan. 

Mengapa bisa berkhianat? Harus diingat bahwa Allah Bapa sudah memberikan Putra Tunggal-Nya, Putra kesayangan-Nya untuk kita, supaya kita dibebaskan dari kematian kekal, kita diperkenankan untuk berjalan dengan Allah sejak di bumi, dan kita layak masuk Rumah Bapa. Kalau kita hanya menjadikan ini sebagai suplemen, maka itu benar-benar sikap kurang ajar terhadap Tuhan. Bagaimana tidak dikatakan berkhianat? Bapa menyediakan Roh Kudus agar dalam segala hal Roh Kudus bekerja untuk kebaikan kita, guna mengubah hidup kita dapat serupa dengan Yesus. Maka, kita harus fokus kepada hal-hal kekekalan! Sungguh tak ternilai anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. 

Jadi, sangat tidak berlebihan kalau firman Tuhan mengatakan, “Carilah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Pikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi; set your heart on things above, where Christ is seated at the right hand of God.” Jadi, setting pikiran kita! Kita yang harus men-setting. Kalau tidak, kita akan terbawa oleh arus dunia. Pagi hari kita berdoa, kita men-setting ulang. Bahkan kadang-kadang, kita yang harus me-reset. Misalnya, ketika kita berkumpul dengan teman-teman, pergi keluar negeri 1-2 minggu bersama orang-orang yang tidak takut akan Allah, spirit kita bisa rusak.

Begitu pula jika kita menonton film. Spirit kita bisa rusak. Film yang dimaksud adalah film-film tidak patut ditonton, tentunya. Sebab, ada juga film-film yang baik dan patut disaksikan. Oleh sebab itu, kita harus me-reset.Set your heart on things above where Christ is seated at the right hand of God.” Jadi, setting pikiran kita. Kalau kita tidak men-setting pikiran kita, maka dunia yang akan men-setting pikiran kita tanpa kita sadari. Dunia akan men-define pikiran kita. Setiap hari kita harus me-reset. Jangan kita tidak peduli terhadap hal ini. Kita harus merasa terganggu, merasa tidak damai. Jangan sampai damai yang kita miliki adalah damai semu. Kita sebenarnya belum layak, tetapi kita merasa tenang-tenang saja; itu damai yang semu. 

Kalau untuk masalah jodoh, keturunan, uang, rumah, hobi, kita bisa menjadi upset, kacau, bisa anxious; cemas. Tetapi mengapa kita tidak cemas tentang hal-hal kekekalan? Kita harus berubah, supaya tidak memberi ruangan untuk dosa atau kemelesetan. Kalau kita sudah set up, sudah setting pikiran kita on things above; pada hal-hal perkara yang di atas, maka kita akan sulit berbuat dosa. Bisa, tetapi sulit. Maka, kita harus men-setting pikiran, meletakkan pikiran kita hanya kepada perkara-perkara di atas, supaya kita benar-benar mendapatkan insight; bisa mendapatkan masukan dari Allah, dan terinspirasi untuk fokus memikirkan perkara-perkara yang di atas.

Kalau kita tidak men-setting pikiran kita, dunia yang men-setting pikiran kita tanpa kita sadari.